Tentang Perempuan
Sunday, September 23, 2012
Ketemu tulisaan bagus hasil karya Ilma Alyani
Berikut link blognya http://ilmaalya.blogspot.com/search?updated-max=2012-05-10T01:47:00%2B07:00&max-results=5&start=10&by-date=false
You educate a man, you educate a man. You educate a woman, you educate a generation."Brigham Young
Semua perempuan, apapun latar belakang pendidikannya, pada hakikatnya memiliki satu peran yang sama yang akan dijalani beberapa tahun ke depan. Peran ini adalah sebagai seorang pendidik generasi berikutnya yang akan melanjutkan peradaban. Sayangnya, hampir tidak ada lembaga formal yang mempersiapkan perempuan untuk menjalani peran tersebut. Selain itu, tidak setiap orang punya kesadaran untuk mempersiapkan dirinya memegang peran itu. Padahal, peran ini sangat strategis. Merujuk pada kutipan di atas, mempersiapkan perempuan sebagai seorang pendidik sama dengan mempersiapkan generasi berikut yang akan lahir dari rahimnya.
Permasalahan ini jamak terjadi di setiap level. Kurangnya kesiapan perempuan sebagai seorang pendidik sehingga menyebabkan pembentukan karakter generasi berikutnya menjadi lebih sulit lagi.Character building sudah seharusnya dibangun pondasinya di keluarga. Jadi, kehandalan perempuan dalam mendidik anak-anaknya menjadi kompetensi penting dan sangat dibutuhkan.
Mental Sebagai Pendidik
Seperti yang telah disinggung di atas, krisis kesiapan ini terjadi di seluruh lapisan masyarakat. Hampir seluruhnya berakar pada mentalitas. Tidak banyak perempuan yang sadar sejak dini bahwa ia akan menjalani peran penting ini sehingga ia pun luput mempersiapkan mental sebagai seorang pendidik.
Sebagai inspirasi, pernah dengan tentang Almarhumah Yoyoh Yusroh? Semasa hidupnya, beliau adalah anggota DPR RI. Di tengah kesibukan yang luar biasa, beliau mampu mendidik 13 orang anaknya sehingga semuanya hafal Al-Qur’an. Hal ini tentu dapat beliau capai karena memiliki mentalitas yang kuat sebagai seorang pendidik.
Peran perempuan sebagai pendidik ini sejatinya merupakan profesi alamiah. Di Jepang terdapat istilah Ryousai Kenbo. Secara terminologi, arti Ryousai Kenbo adalah istri yang baik bagi suami (ryousai) dan ibu yang bijaksana bagi anak (kenbo). Sebuah pepatah Arab juga menyebutkan mengenaitiga peran utama perempuan yaitu Mar’atus Sholihat – perempuan yang sholeh, Zaujah Muthi’ah Wal Karimah – istri yang taat dan penyayang, serta Ummul Madrasah – ibu pendidik. Pendidik di sini tidak hanya berarti mendidik anak-anaknya saja, tapi juga pendidik peradaban, dengan kata lain juga memberikan ilmu dan kebaikan bagi sekitarnya.
Mari Mencicil Mempersiapkan dari Sekarang
Setelah mengetahui betapa strategisnya peran seorang perempuan sebagai pendidik, mari kita mulai mempersiapkannya dari sekarang. Jangan salah, meskipun sekarang masih mahasiswa dan rasanya peran itu masih jauh sekali, mencicil persiapan sejak dini tetap diperlukan. Mumpung masih mahasiswa, kesempatan untuk belajar masih terbuka lebar. Berikut persiapan yang dapat dilakukan untuk menjadi pendidik yang baik:
1. Persiapan Kematangan Intelektual
Dalam beramal, hal yang perlu didahulukan adalah mengetahui ilmu mengenai amalan tersebut. Demikian pula dalam mendidik, ilmu dan wawasan yang luas sangat dibutuhkan dalam character building. Karenanya, sejak dini memahami ilmu-ilmu agama seperti akidah, akhlak, ibadah, Al-Qur’an, dan kisah-kisah teladan umat dahulu adalah bekal yang bisa disiapkan mulai saat ini. Ilmu-ilmu agama ini berguna selain menjadi bekal kehidupan kita sendiri, juga untuk ditransfer kepada anak-anak agar mereka paham benar akan pegangan hidupnya. Bekal ini membentuk cara pandang kita dalam menyikapi berbagai hal dalam kehidupan. Bekal ilmu agama ini pula yang membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tak terduga dari lisan anak-anak. Pertanyaan-pertanyaan dasar seperti mengapa kita harus beribadah, mengapa Tuhan tidak terlihat, mengapa yang ini halal dan yang itu haram. Jawaban dari pertanyaan ini tentu lahir dari pemahaman yang baik akan agama sebagai pedoman hidup. Dengan mampu menjawab dengan baik, maka akan muncul rasa kepercayaan dan cinta akan agama dalam diri anak. Selain ilmu agama, yang perlu dipelajari juga adalah tahapan perkembangan anak dan bagaimana menghadapinya di usia tersebut. Meskipun yang mungkin kita lakukan nanti belum tentu sesuai dengan teori, paling tidak pengetahuan ini akan membuat kita tidak bersikap reaktif dan lebih sabar dalam menghadapi perilaku anak. Selain itu, diperlukan juga wawasan yang baik mengenai kesehatan. Tentang makanan bergizi, bagaimana menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan tempat tinggal. Kesehatan fisik dan lingkungan akan berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak.
2. Persiapan Kematangan Psikologis
Persiapan psikologis sangat berpengaruh untuk menjadi seorang pendidik yang baik. Hal-hal yang perlu dipersiapkan terkait dengan psikologis adalah sifat penyabar, tidak mudah marah, lemah-lembut, dan penuh rasa kasih sayang kepada anak-anak. Selain itu, juga dibutuhkan kemampuan memilih yang termudah di antara dua perkara selama tidak berdosa. Kemudian, memiliki sifat moderat atau tidak berlebih-lebihan. Jika persiapan ilmu diperoleh dengan belajar, maka kematangan psikologis didapatkan dengan melakukan latihan. Latihan menahan marah, latihan bersabar dalam menghadapi masalah, serta latihan melembutkan hati dalam menghadapi berbagai karakter manusia yang ditemui dalam keseharian kita, merupakan modal dalam menghadapi jiwa anak-anak yang masih belum tahu dan belum dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Termasuk juga latihan memasukkan nilai-nilai Islam itu ke dalam diri dan mengeluarkannya dalam bentuk akhlak yang baik. Latihan sifat-sifat terpuji ini perlu waktu yang lama sampai akhirnya bisa menjadi karakter diri.
3. Persiapan Kematangan Ruhiyah
Kematangan ruhiyah ini terbangun lewat pembiasaan aktivitas ibadah. Sholat fardhu dan sunnah, memperbanyak tilawah Al-Qur’an, dan banyak berdoa agar Allah senantiasa membimbing kita dan keluarga dalam kebaikan. Hal ini membuat kita tidak mudah putus asa dan selalu berusaha yang terbaik dalam usaha menjadi pendidik anak-anak.
Ini adalah kondisi ideal dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua yang baik. Banyak orang yang tersadar harus memiliki sifat-sifat seperti ini justru ketika sudah menjadi orang tua. Karena kita sudah mengetahuinya saat ini, mari berusaha dari sekarang. Menjadi pendidik berarti pembelajaran seumur hidup. Tidak ada kata putus asa selama kita terus berusaha untuk bisa menjadi pendidik yang baik. Saat ini, sarana belajar untuk menjadi orang tua yang baik banyak bisa didapat. Buku-buku, internet, berbagai training dan seminar, dapat menjadi wadah untuk belajar mempersiapkan diri menjadi pendidik generasi masa depan.
Tulisan ini diharapkan bisa mendorong teman-teman menjadi bersemangat menyambut peran ini. Tidak ada maksud untuk menghasut agar teman-teman bercita-cita menjadi seorang ibu rumah tangga saja. Meskipun ibu rumah tangga sendiri merupakan profesi mulia dan tidak bisa dianggap remeh. Intinya, apapun karier kita kelak, mari pastikan bahwa kita dapat membina dengan baik generasi berikutnya. Bukankah saat ini kita sudah berusaha susah payah, mati-matian, dalam hal akademis yang merupakan salah satu penentu masa depan kita? Kalau untuk hal akademis, meskipun belum bisa benar-benar memastikan di bidang apa kita akan berkarier kelak, kita sudah berusaha sungguh-sungguh, apalagi untuk sesuatu yang sudah pasti kelak akan kita jalani bukan?
“Ibu itu ibarat madrasah, jika engkau persiapkan dia (dengan sebaik-baiknya),berarti engkau telah mempersiapkan suatu generasi yang kuat dan kokoh.”Hafidz Ibrohim
Ditulis untuk memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women Days), semoga belum terlambat, :)
Bangkitlah Saudariku, sungguh nasib peradaban ada di tangan kita!
Ilma Alyani
Wakabid Pengmas FUSI FTUI 2012
Mahasiswi Fakultas Teknik UI 2009
0 comments